Sunday, July 19, 2009

Naratif

Bekas puntung rokok berkumpul di asbak kerang kecil itu. Seorang anak remaja laki-laki, kira-kira umurnya 16 tahunan, duduk di teras rumahnya, kakinya bertengger pada meja teras yang rendah itu. Matanya nanar karena mengantuk. Tetap saja ia terus menerus memperhatikan sebuah spot tidak bermakna di halaman.

Dia sedang merenungkan filosofi. Pemikirannya kini telah dalam untuk manusia seumurnya - atau paling tidak itu yang teman-temannya katakan. Dia tidak terlalu perduli, yang penting ia bisa terus berpikir dan mencari makna kehidupan. Dari pengalaman ia belajar bahwa jika pemikirannya telah menyerempet agama dan Tuhan, ia harus stop dengan segera, karena dua topik itu kini tabu untuknya.

Deru sebuah mesin mobil menghentikan renungan khusyuknya. Ternyata tetangganya yang baru pulang, dan mereka langsung menyapa anak itu dengan gembira.

Sang remaja itu, yang telah terganggu pikirannya, hanya mengangguk. Ia memang dikenal kalem dan pendiam. Tidak bicara banyak dan seperlunya saja. Malah ada yang bilang pelit.

Tetangganya sudah masuk kembali ke rumah mereka, dan kini diam berhembus kembali di malam yang gelap itu.

Sayup-sayup terdengar suara sesuatu, seperti orang di tengah-tengah perlombaan bulan Agustus. Namun ia tidak peduli. Ia terus berpikir, berpikir, dan berpikir, apa gunanya eksistensi manusia di dunia ini.

0 comments:

How much hours of sleep do you get at night?

Friends and Their Stories