Gw tadi malem baru dapet beberapa job opportunities yang baru. Menyenangkan banget, beberapa diantaranya termasuk jadi seorang webmaster, yang satu lagi jadi editor video buat kampanye caleg-caleg di kawasan Pamulang, Ciputat, dan Jakarta sekitarnya.
Budgetnya minta ke caleg cuma 2 juta, dan dari 2 juta itu, gw bisa dapet up to 300 ribu... lumayan lah. Abis itu, gw juga diminta untuk jadi webmaster dari website official Tito Soemarsono, si musikus dan composer lumayan-terkenal itu, yang bikin lagu yang suka dinyanyiin Peterpan itu. Websitenya kini udah aktif di http://www.titosoemarsono.co.cc, cuma belum banyak kontennya karena juga kita belum dapat masukan dari orangnya sendiri.
Nah, buat nge-webmaster ini gw bisa minta berapa aja sesuai budget menentukan. Masalahnya kan harus tekun. Pake Joomla doang lagi. Widih widih kalo gw minta 250ribu kan udah lumayan, soalnya kan gw harus ke warnet tiap hari, terus masuk-masukin konten, upload, download, segala macem, ribet lah. Kalo cuman one-time usage gw bakalan minta 250ribu, tapi kalo per bulannya gw minta 100 ribu lah! Lumayan sih buat masterin website kecil-kecilan doang.
Tapi ada hidden secretnya. Ntar kalo websitenya udah gede, rame pengunjung, gw bakal minta lebih banyak! Haha.
Friday, January 30, 2009
ORDERAN BARU!
Labels: stories
Posted by arkan at 10:24 PM 0 comments
Stupidity All Around
Stupidity all around
Stupidity 24 hours
Encircling you like a break in darkness
Stupidity all the sound and all the pictures
And all the videos that are stupid
Stupid stupid stupid
We all keep being stupid
Until the end of our lives
"Nuts we all are, only differently." - Cannery Row, John Steinbeck
Labels: right out of my mind
Posted by arkan at 10:12 PM 0 comments
Guru Gw Yang ZZ
Di sekolah gw, ada seorang guru. Gw gak terlalu suka sama nih guru, dengan alasan-alasan sebagai berikut:
~ nggak bisa ngebawain materi
maksudnya? ya iya, dia nggak bisa membawakan materi dengan baik. Kenapa? Karena all she does is talk, talk, talk and talk. Cuma ngomong, ngomong, dan ngomong. Di otak manusia, itu ada tiga jenis pembelajaran: Visual, Auditorial, dan Kinetik. Yang visual lebih tertarik sama cara belajar lewat tulisan dan apa yang dilihat, auditorial lebih tertarik sama cara belajar melalui mendengarkan, dan kinetik lebih tertarik jika diperagakan.
Sementara kebanyakan warga kelas gw adalah Visual. Artinya, kita harus punya sesuatu untuk dilihat - ga cuma didengar. Ternyata ni guru adalah sebaliknya - dia cuma ngomong, ngomong, dan ngomong.
Sekolah gw ngasih dua jam untuk pelajaran dia sehari, dan sejam paling-paling dia cuma ngomong, ngomong, ngomong dan ngomong, TANPA MENULIS APAPUN DI PAPAN TULIS, sementara sejam kemudian siswa disuruh mengerjakan soal.
~ ketuaan untuk mengajar
come on, kita semua tau, guru muda itu selalu lebih baik untuk mengajar karena lebih "atraktif" di mata-mata remaja yang hormonnya masih menggebu-gebu. akui aja. Umur dia udah 51, bentar lagi pensiun.
~ we've lost respect
karena kekecewaan gw dan temen-temen gw untuk mendapatkan sebuah guru yang kompeten, akhirnya beberapa dari kita kehilangan respek untuk dia. Ujung-ujungnya, pelajaran ga ada yang masuk. (yah, kalo diperhatiin juga ga bisa masuk sih, z.)
~ sensitif
seperti orang-orang tua lainnya, dia juga sensitif. Amat sensitif. Gampang banget marah, dan kita semua tau guru yang gampang marah itu KAMPRET. Ga ada yang suka.
See, if we had better teacher we would have better learnings... but no... I hate my school.
Labels: friends, school, stories
Posted by arkan at 9:59 PM 0 comments
Moving On The Trails
Bergerak di satu tile? Ga mau.
Gw ga mau kalo kita ga jalan, jalan di tempat kayak gini selalu membuat kita stagnan.
At least, that's all I can write for now.
That's what's on my mind.
Labels: right out of my mind
Posted by arkan at 9:42 PM 0 comments
Thursday, January 29, 2009
Rock Legends
Siapa yang pake Facebook? Siapa yang nggak? Kalo gw nanyain pertanyaan ini sama seluruh temen sekelas gw, pasti jawaban kedua dikit.
Siapa yang main game di Facebook? Siapa yang nggak? Kalo gw nanyain pertanyaan ini sama seluruh temen sekelas gw, gw yakin jawaban PERTAMA yang dikit.
Termasuk gw. Gw sebenernya bukan orang yang suka main game di Facebook, karena gw anggap cuma buang-buang waktu doang. Hey, Facebook is a social site, dammit. Facebook is not Games.co.id!
Paling nggak gitu gw mikirnya, sebelum gw main sebuah game yang bernama Rock Legends. Gw terpengaruh sama temen-temen online gw, yang baik-baik semua, dan hampir semuanya pada main Rock Legends. Rock Legends? Ah, berhubung kekuatan intuisi gw yang menyuruh gw untuk ga main game di Facebook kalah oleh kekuatan "ikut campur pikiran" para temen-temen gw, akhirnya gw main juga tuh game.
Eh, ternyata asyik. Formatnya kayak ngeband gitu. Tapi kali ini, yah, kayak cuma main database doang. Inget Football Champions 2006? Ya kayak gitu. "Ronaldo passes." "Rooney takes the ball; hits it to Park." "GOAL!" Ya kayak gitu, cuma gitu doang. Permainan kata.
Tapi asyik! Temen-temen gw udah banyak yang disitu. Jadi ada sistem yang namanya sistem kontrak. Kita bisa "ngontrak" temen-temen lo buat main di band lo. Beberapa, kayak Christian dan Mansei, kontraknya mahal bener. Si Danar atau Chandcut apalagi, bisa ampe $3,000-an. (standar murah di RL = $50). Sayangnya kontrak gw cuma seharga $76 hiks.
Top 3 di Charts? Pertama si Chandcut, kedua si Danar, ketiga si Ian. GW KEEMPAT. Jah, akhirnya, karena jarak gw dan Ian deket, gw berusaha mencoba untuk masuk ke posisi nomor 3. Setelah berusaha keras akhir-akhir ini, widih widih, dengan energi penuh selama dua hari dan hampir koneksi internet yang terputus selama semalam karena gw ga ada internet jadi harus ke warnet, akhirnya berhasil! Hehehe.
Wah, ternyata gw udah kecanduan banget ya, ngetiknya nafsu. =="
Posted by arkan at 11:25 PM 4 comments
Sky Park
The sky park
Hanging on the branches of the woods
In the Forest of Nothingness
Where everything stood still
I'm waiting
As if a man stood on the banks
On the river to fish and to regret
His miseries that he has done before
Labels: right out of my mind
Posted by arkan at 9:29 PM 0 comments
The Ocean Walk
Sun, sun, sands on the beach
And the waves crashing at the sands
The breeze of the ocean, gets me on the ecstasy
Albatrosses flying carefully and high
My sons walked by the water to swim
Would you see it
With me beside you
Face down, on a coral, looking at the sunset
Would you see it
With me beside you
Kisses on the dawn, of the water
Still, the ocean walk gets by and by
And the sea was sprawling,
With fishes and the ocean.
The Ocean Walk was composed in Jakarta, Indonesia by Arkan La Sida. It was composed under a heavy rain. The poetry is currently copyright protected by MyFreeCopyright.com. All Rights Reserved.
Labels: right out of my mind
Posted by arkan at 9:06 PM 0 comments
Displacement
Sometimes you're off
Sometimes you're on
The thing you are wearing
Behind your back and it puts you on the oven
And the sincerity of the dawned man,
Who was killed by a lightning
Prosperity and wealth
All human's stories
All humans has ever did
All is just displacement
Labels: right out of my mind
Posted by arkan at 9:01 PM 0 comments
Siapa Suka Turunin Harga Bensin?
Gw adalah seorang yang akrab dengan siapa aja. Termasuk dengan para supir angkot. Malu bertemen sama supir angkot? Nggak kok. Supir angkot itu kadang ramah, asyik diajak ngobrol, dan dengan mereka, lo jadi tambah pengalaman tentang orang-orang yang dibawah lo.
"Harga bensin turun ga ada pengaruhnya," kata bang Rumin, seorang supir angkot D02 Ciputat - Pd. Labu. "Setoran ga turun, ya sama aja." keluhnya.
Setoran? Mungkin kalian ga ngerti apa maksudnya setoran. Berkali-kali naik angkot tapi ga tau apa itu yang namanya setoran supir angkot. Ya, para supir angkot itu kan ga punya mobil sendiri. Kebanyakan nyewa dari juragan angkot yang notabene harus membayar sewa di pangkalan malamnya. Tapi kadang setoran ini ga cukup, seperti yang dialami bang Rumin. Kadang gw kasihan sampe-sampe nambahin ongkos buat mereka.
"Tadi dapet cuma Rp. 16.000. Buat bensin aja nggak cukup!" tandas Mang Kardi, juga seorang supir angkot D02. Gw memang akrab sama kebanyakan supir angkot D02, soalnya itu rute favorit gw tiap hari Rabu dimana gw pulang ke rumah nenek gw. "Sekarang gini, pemerintah nurunin bensin kan cuma cari massa, gitu," katanya. Gw percaya ga percaya, karena banyak propaganda partai oposisi yang bentuknya nyeleneh kayak gini.
"Tapi, Bang," kata gw. "Yang gw keselin itu, Organda! Kemarin kan bensin naik mereka langsung naikin harga 100%. Dari 1000 jadi 2000. Sekarang kan suruh turunin aja nggak mau."
"Ya kan onderdil masih mahal dek," kata Mang Kardi membela diri.
"Ya kan onderdil ga tiap hari, Mang," kata gw.
"Lah itu oli? Oli tiap tiga hari kan ganti?"
Gw diem, merasa kalah. Mang Kardi merasakan ini dan dia nggak ngelanjutin juga. Akhirnya dia bilang, "Lo sekolah hari Senin besok, jalan pagi dek." katanya. Gw penasaran. "Kenapa?"
"Itu, para supir angkot mau demo. Kita mau mogok. Habis, bensin udah turun, tapi kenapa setoran gak turun-turun. Dari dulu Rp. 100.000 aja. Kalo jadi, ya, kita mau demo. Semuanya. Makanya, pergi pagi."
Meskipun gw penasaran bagaimana pergi pagi bakalan ngaruh sama perjalanan gw kalo supir angkot semuanya pada mogok, akhirnya gw diem aja. Sampai di tujuan gw, gw berterimakasih seperti biasa dan membayar Rp. 3.000, ongkos biasa dari Ciputat - Pd. Labu.
Kamis, 29 Januari 2009, gw pulang dari sekolah gw, naik angkot 29 biru biasa. Masih penasaran dengan masalah demo ini, gw ngobrol dengan supir angkotnya, yang gw ga kenal namanya.
"Bang, boleh nanya gak?" gw mulai pembicaraan, karena ga ada orang juga selain gw, dan abangnya iya-iya aja.
"Katanya hari Senin mau demo ya bang? Supir angkot?"
Mukanya biasa aja. Abis itu dia jawab, "Demo apaan dek?"
"Lah kemaren kata supir D02 mau ada demo? Katanya setoran ga turun?"
"Yah itu mah trayek mereka doang kali. Kalo kita mah nggak dek. Emang kenapa mereka pada demo?"
Gw lega sekaligus males ngedenger ini. Karena kalo supir angkot pada demo, berarti Senin besok gw meliburkan diri, tapi ternyata supir 29 ga mogok.
"Katanya setoran ga turun bang, padahal bensin udah turun."
"Yah, itu mah biasa dek. Orang dulu bensin naik mereka ga naikin setoran, ngapain kita demo?"
The wise side of supir angkots.
Labels: stories
Posted by arkan at 1:12 AM 0 comments