Thursday, January 29, 2009

Siapa Suka Turunin Harga Bensin?

Gw adalah seorang yang akrab dengan siapa aja. Termasuk dengan para supir angkot. Malu bertemen sama supir angkot? Nggak kok. Supir angkot itu kadang ramah, asyik diajak ngobrol, dan dengan mereka, lo jadi tambah pengalaman tentang orang-orang yang dibawah lo.

"Harga bensin turun ga ada pengaruhnya," kata bang Rumin, seorang supir angkot D02 Ciputat - Pd. Labu. "Setoran ga turun, ya sama aja." keluhnya.

Setoran? Mungkin kalian ga ngerti apa maksudnya setoran. Berkali-kali naik angkot tapi ga tau apa itu yang namanya setoran supir angkot. Ya, para supir angkot itu kan ga punya mobil sendiri. Kebanyakan nyewa dari juragan angkot yang notabene harus membayar sewa di pangkalan malamnya. Tapi kadang setoran ini ga cukup, seperti yang dialami bang Rumin. Kadang gw kasihan sampe-sampe nambahin ongkos buat mereka.

"Tadi dapet cuma Rp. 16.000. Buat bensin aja nggak cukup!" tandas Mang Kardi, juga seorang supir angkot D02. Gw memang akrab sama kebanyakan supir angkot D02, soalnya itu rute favorit gw tiap hari Rabu dimana gw pulang ke rumah nenek gw. "Sekarang gini, pemerintah nurunin bensin kan cuma cari massa, gitu," katanya. Gw percaya ga percaya, karena banyak propaganda partai oposisi yang bentuknya nyeleneh kayak gini.

"Tapi, Bang," kata gw. "Yang gw keselin itu, Organda! Kemarin kan bensin naik mereka langsung naikin harga 100%. Dari 1000 jadi 2000. Sekarang kan suruh turunin aja nggak mau."

"Ya kan onderdil masih mahal dek," kata Mang Kardi membela diri.

"Ya kan onderdil ga tiap hari, Mang," kata gw.

"Lah itu oli? Oli tiap tiga hari kan ganti?"

Gw diem, merasa kalah. Mang Kardi merasakan ini dan dia nggak ngelanjutin juga. Akhirnya dia bilang, "Lo sekolah hari Senin besok, jalan pagi dek." katanya. Gw penasaran. "Kenapa?"

"Itu, para supir angkot mau demo. Kita mau mogok. Habis, bensin udah turun, tapi kenapa setoran gak turun-turun. Dari dulu Rp. 100.000 aja. Kalo jadi, ya, kita mau demo. Semuanya. Makanya, pergi pagi."

Meskipun gw penasaran bagaimana pergi pagi bakalan ngaruh sama perjalanan gw kalo supir angkot semuanya pada mogok, akhirnya gw diem aja. Sampai di tujuan gw, gw berterimakasih seperti biasa dan membayar Rp. 3.000, ongkos biasa dari Ciputat - Pd. Labu.

Kamis, 29 Januari 2009, gw pulang dari sekolah gw, naik angkot 29 biru biasa. Masih penasaran dengan masalah demo ini, gw ngobrol dengan supir angkotnya, yang gw ga kenal namanya.

"Bang, boleh nanya gak?" gw mulai pembicaraan, karena ga ada orang juga selain gw, dan abangnya iya-iya aja.

"Katanya hari Senin mau demo ya bang? Supir angkot?"

Mukanya biasa aja. Abis itu dia jawab, "Demo apaan dek?"

"Lah kemaren kata supir D02 mau ada demo? Katanya setoran ga turun?"

"Yah itu mah trayek mereka doang kali. Kalo kita mah nggak dek. Emang kenapa mereka pada demo?"

Gw lega sekaligus males ngedenger ini. Karena kalo supir angkot pada demo, berarti Senin besok gw meliburkan diri, tapi ternyata supir 29 ga mogok.

"Katanya setoran ga turun bang, padahal bensin udah turun."

"Yah, itu mah biasa dek. Orang dulu bensin naik mereka ga naikin setoran, ngapain kita demo?"

The wise side of supir angkots.

0 comments:

How much hours of sleep do you get at night?

Friends and Their Stories